Kamis, 25 Maret 2010

Cerita tentang Ulung Dua Tahun

Berita ini saya retrieve dari berita online Radar Semarang 16 November 2008

Pasien Cangkok Hati Pertama di RSUP dr Kariadi
Pipi Ulung Makin Tembem
DUA tahun lebih pascaoperasi cangkok hati, kondisi Ulung Hara Hutomo, 3 tahun, semakin membaik. Seperti diketahui, Ulung merupakan balita pertama yang menjalani operasi cangkok hati di Indonesia. Tepatnya di RSUP dr Kariadi Semarang. Meski tetap harus mengonsumsi methyl satu kali sehari, Ulung tak terlihat sebagai mantan penderita kelainan hati yang membahayakan nyawanya. Bocah itu tetap lincah bermain, ceriwis, dan bandelnya bukan main.Saat koran ini menyambangi rumahnya di Jalan Puspowarno IV No 30 Kelurahan Salaman Mloyo, Semarang Barat, bocah berambut keriting ini sedang bermain dengan Lisa Olivia, 40, ibunya. Saat dipanggil Didik, 50, ayahnya, Ulung langsung menghampiri koran ini. Kotak plastik berisi jagung rebus dan parutan keju tak pernah lepas dari tangannya. "Itu sarapannya tiap hari, dia selalu minta jagung dan keju," kata Didik.Meski postur badannya normal, kedua pipi bocah berusia 3 tahun 4 bulan tersebut terlihat makin chubby. Didik mengatakan, pipi Ulung menjadi tembem karena pengaruh methyl yang harus diminum tiap hari. Obat tersebut harus dikonsumsi agar bocah berbobot 13 kilogram tersebut lebih tahan terhadap bakteri dan kuman pembawa penyakit. "Obat harus diminum hingga fungsi livernya stabil," ujar Didik, pengusaha kayu.Selain obat, sebulan sekali Didik juga harus memeriksakan kondisi Ulung ke laboratorium. Pria yang tak mau menyebut nama lengkapnya itu menceritakan, Ulung kini tambah nakal. Hampir tiap hari anak bungsunya itu minta dibelikan mainan tokoh superhero Power Rangers. "Mungkin semua toko mainan di Semarang dari yang modern hingga di kampung-kampung sudah disambangi," paparnya. Akibatnya, Ulung kini punya koleksi mainan Powers Rangers segudang. Mulai dari action figure-nya, balon, DVD, serta beberapa item senjata 'jagoan' tersebut seperti pedang, senapan, dan jam. Koleksi lainnya, topeng Spiderman, robot Transformers, dan bola.Namun karena masih kecil, koleksinya tak selalu dirawat dengan baik. "Kadang mainannya dibuang atau malah dipatah-patahkan sampai rusak," ujar Didik yang memakai kaos oblong dan celana pendek.Tak hanya itu, Ulung juga kerap berantem dengan kakaknya, Dida Agashi Utomo, 5, saat memperagakan aksi Power Rangers. "Kadang pukul-pukulan, dan melompat. Pokoknya ngawur. Saya sampai ngeri," katanya. Anak ini juga ceriwis bukan main, meski intonasi bicaranya belum begitu jelas. Dia terus mengajak ngobrol Radar Semarang. Ulung juga sempat menyanyikan sebait lagu Bukan Superstars milik grup Project Pop. Andai aku Letto, wis mesti aku wong Jowo.." senandungnya menyanyikan lagu yang memarodikan grup Letto tersebut.Seperti diketahui, Ulung merupakan balita pasien cangkok hati pertama yang menjalani operasi di Indonesia. Operasi tersebut dilakukan Oktober 2006 silam saat dirinya berusia 1,5 tahun. Tim dokter RS dr Kariadi Semarang berhasil mencangkokkan hati yang diambilkan dari ibunya sebagai pendonor. Didik mengatakan, dua tahun setelah operasi, kondisi Ulung sudah selayaknya balita normal. "Sehabis Lebaran lalu memang sempat diare dan diopname di rumah sakit. Tapi selebihnya tak pernah kenapa-kenapa," ungkapnya. Bocah yang sedang lucu-lucunya itu juga makan seperti biasa. Tak ada pantangan tertentu. Ulung, menurutnya, tak pernah mengeluh meski harus minum Methyl setiap hari. "Padahal obat itu obat paling pahit sedunia. Dia memang tahu diri dan terbiasa tanggung jawab. Ulung juga tahu harus selalu minum air putih dan tidak minum teh," kata Didik memuji anaknya yang memang sudah minum obat sejak lahir itu.Tambah Gemuk, Lisa Kini Diet Jika kondisi Ulung sehat, demikian juga dengan ibunya, Lisa Olivia. Kini wanita berkulit putih itu mengaku semakin gemuk. Namun dia mengaku tak pernah menimbangkan berat badannya. Karenanya, dia kini sedang rajin senam dan bersepeda. "Saya juga diet. Dokter menyarankan agar tidak makan nasi," ceritanya.Wanita yang merelakan sebagian hatinya diiris dan didonorkan untuk anaknya ini mengaku tak memiliki gangguan kesehatan apapun setelah hatinya 'tak utuh' lagi. "Saya cuma merasa cepat lelah," ungkapnya. Namun jawaban tersebut langsung disangkal suaminya. Menurut Didik, kelelahan yang dialami Lisa bisa karena banyak faktor. "Bisa karena kesibukan atau malah sedang tak punya uang. Kelelahan karena pernah jadi pendonor belum bisa dibuktikan," tandasnya.Lisa yang menjadi ibu rumah tangga tersebut juga mengisi waktu luang dengan berjualan tas, kain, dan baju di rumahnya. Lisa yang didampingi suaminya mengaku, pihaknya lebih memanjakan Ulung dibanding kakaknya, Dida. "Ini bukan membedakan. Hanya perlakuan terhadap Ulung memang harus lebih hati-hati." Kehati-hatian tersebut semata-mata dilakukan agar bakteri dan kuman tak sampai menyerang tubuh Ulung yang kondisinya lebih rentan. Karenanya kebersihan makanan dan lainnya lebih diperhatikan.Dia juga mengaku sudah memberikan pengertian kepada Dida, untuk ikut menjaga kondisi adiknya. Namun nasihat itu tak selalu dituruti. "Yang namanya anak kecil ya sudah ngalah. Kalau bermain malah sering pukul-pukulan." Jadi Tempat Konsultasi Setahun setelah operasi cangkok hati anaknya berhasil, Didik mendirikan LSM Penyakit Hati Anak. Hingga kini dia masih sering dijadikan tempat konsultasi para orangtua yang mempunyai anak bergejala penyakit sama dengan Ulung."Saya siap 24 jam untuk diajak konsultasi. Kadang ada yang menelepon jam sepuluh atau sebelas malam. Ada juga yang langsung datang ke sini untuk melihat kondisi Ulung dan ibunya," papar Didik yang mengaku mendirikan LSM karena panggilan jiwa.LSM yang dikelolanya beranggotakan 10 orang. Kini, dia mengaku menangani konsultasi untuk 15 kasus bergejala mirip kelainan hati. Menurutnya, penyakit tersebut bergejala tubuh menguning dan faeses berwarna putih.Selama menangani konsultasi, dia pernah menemukan kasus bergejala sama, namun kemudian sembuh dengan sendirinya. "Mungkin penyebabnya lain, mungkin itu karena virus," katanya. Ada pula orangtua yang sudah siap mengoperasikan anaknya. Mereka sudah menyiapkan dana dan pendonor. Namun kemudian anaknya tak tertolong karena penanganannya terlambat. "Yang dari Bogor malah kini penderitanya berusia 5 tahun dan masih bisa bertahan," ungkap dia.Ia mengaku di antara yang berkonsultasi kepadanya, belum ada yang mengikuti jejaknya mencangkokkan hati pada anaknya. LSM-nya juga diakui belum bisa mengumpulkan donasi bagi kalangan tak mampu untuk mengoperasikan anaknya. "Sifatnya lebih ke konsultasi dan memberikan motivasi. Namun sebisa mungkin mengusahakan agar penanganannya tak terlambat," ujarnya. Ke depan, dia berkeinginan LSM-nya bisa membantu dana bagi operasi cangkok hati. Dia berpendapat, sebagai orangtua pihaknya harus mengupayakan kesembuhan dan pengobatan maksimal bagi anak. Sebab, anak mempunyai hak hidup. "Kita harus berusaha semampu kita. Bukan hanya menyerah pada takdir," kata Didik yang mengaku dulu sempat putus asa.Dia merasa beruntung karena sebelum dan sesudah menjalani operasi, anaknya menunjukkan semangat hidup yang tinggi. "Dia punya semangat luar biasa untuk melawan penyakitnya. Itulah yang membuat saya semakin termotivasi untuk mengupayakan kesembuhan."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar