Kamis, 03 Maret 2011

Kisah Transplantasi Hati dari John Hopkins Hospital

Dialihabahasakan oleh Bunda Siska Widyawati :

Berjuang Menghadapi Penyakit yang menimpa anak-anak: Bukan masalah sepele


Julie Johnson tidak pernah berfikir bahwa anaknya yang baru lahir mempunyai penyakit bawaan yang kronik. Dengan berat 2.5 kg saat lahir, Brady terlihat cukup sehat seperti dua anaknya yang lain. Dia berubah menjadi sedikit kuning, 18 jam setelah kelahirannya, Dokter mengirim Braddy pulang dengan harapan kuning itu akan menghilang seiring waktu, seperti juga banyak bayi baru lahir yang lain.
Tapi itu tidak terjadi. Sebaliknya, setiap Brady memeriksakan darahnya kadar bilirubin-pigment berwarna kuning yang ada didalam molekul darah merah- nya selalu bertambah. Ini merupakan indikasi gangguan hati. Di Rumah Sakit Fairfax, Virginia, tempat Ia lahir, Braddy menjalani test untuk biliary atresia, yaitu absennya saluran yang menyalurkan empedu dari hati. Hasilnya betul: saluran itu negatif. Braddy lahir dengan hati yang tidak bekerja.
Dua minggu setelahnya, Berat Braddy tidak bertambah. Dalam satu kunjungan ke rumah sakit, kadar darah putihnya naik drastik. Hatinya sudah benar-benar tidak bekerja; harapannya untuk bertahan adalah—dokter memberitahu keluarga Johnson—transplatasi hati.
Pada tanggal 13 Mei, 2004, saat umurnya mencapai 15 hari Braddy diterbangkan ke rumah Sakit Hopkins dan didaftarkan untuk mendapat transplan hati, dengan status “1”. Hanya mereka yang kelihatannya akan meninggal beberapa kedepan mendapatkan status itu
Reaksi pertama dari Julie johnson’s Ibu Braddy adalah tidak percaya. “Saya merasa mereka tidak berbicara pada saya, kamu tidak akan pernah berfikir hal seperti ini akan menimpamu, “ Ia mencoba mengingat saat – saat genting itu. Julie sendiri akan jatuh sakit karena shock, tetapi dua anaknya yang lain Brooke,4, dan Brett, 2, mengembalikanya pada kenyataan. Suaminya Erick, sebagaimana keluarga, dan teman-temannya, memberikan support secara fisik dan emosional menghadapi saat-saat itu.
Jam 2 pagi, tanggal 22 Mei, saat pasangan Johnson mencuri waktu untuk tidur sebentar di ruang tunggu anak-anak, suster membangunkan Julie dengan sebuah berita: Satu hati tersedia untuk Braddy.
Ahli bedah anak-anak Henry Lau bersiap untuk melakukan transplatasi hati pada pasien termuda dalam sejarah Rumah Sakit Hopkins. Hanya satu rumah sakit lain di Amerika pernah melakukan transplatasi hati pada anak dibawah 2.5 kg, “Tidak pernah lebih besar dari ini,” kata dokter bius kepada pasangan Johnson.
Waktu berlalu dengan lambat. Setiap jam, seorang suster datang melaporkan dengan kalimat yang kurang lebih sama, “Dia belum juga keluar dari masa kristis,” Namun akhirnya, Lau keluar dari ruang operasi dan mengatakan Braddy telah berhasil melalui operasi yang cukup berat..
Transformasi yang terjadi cukup menakjubkan. Kulit Braddy berubah dari kuning terang ke kemerahan. “Sepertinya dia berganti bahan bakar, dengan filter yang sama sekali baru, “Eric mengenang perubahan itu. Bagaimanapun kebahagiaan keluarga itu diwarnai kesedihan saat mereka teringat keluarga korban yang mendonorkan livernya. Namun Julie, cukup senang dan bahagia operasi transplantasi hati anaknya berhasil.
Namun Euphoria itu, berumur pendek. Saat mereka kembali kerumah beratnya perawatan Brady paca operasi ditambah mengurus dua anak balita, menghantam Julie seperti palu godam., Braddy bertahan tetapi pada tubuhnya selalu harus tertempel alat monitor jantung, dan selang makanan. Dia juga membutuhkan 14 obat setiap hari. Julie mulai kehilangan kepercayaan diri, dia diserang keraguan, “Bagaimana saya dapat memastikan dia akan bertahan?, “Akankah kami menjadi keluarga yang normal?”
Depresi pasca operasi, dan stress pasca trauma menyerang Julie, ujar koordinator transplant kedokteran Anak di Farifax Virginia, Carly Bhave. Bhave sering menghabiskan waktu berbicara dengan Julie, untuk menolongnya mengatur pengobatan anaknya. Julie membutuhkan waktu satu jam setiap pagi dan sore hanya untuk meminumkan obat pada Braddy. Ketakutannya yang terbesar adalah, saat Braddy muntah obat-obatan itu tidak akan efektif.
Bhave meyakinkan Julie sepanjang Braddy terlebih dahulu meminum obat immunosupressant ( sejenis obat yang diperuntukkan bagi pasien transplant – untuk mengurangi risiko penolakan organ) dan menahannya selama 15 menit, kemudian memastikan bahwa dia akan baik-baik saja, tidak terjadi indikasi penolakan.
Akhirnya melalui konseling profesional dan medikasi, kehadiran keluarga dan teman-teman dan juga keterbiasaan Julie melakukan itu, Julie dapat melalui masa-masa depresinya.
“Saya sadar ini adalah hidupnya, dan bukan hidup saya. Saya bertanggung jawab untuk mengajarinya bahwa tubuhnya spesial dalam beberapa hal, tapi dia adalah anak yang normal. Dan saya tidak akan pernah bisa memperlakukan dia seperti anak yang lain, apabila saya terlalu khawatir “ ujar Julie.
Hari ini, umur 18 bulan, Brady Johnson sama lincahnya,dengan anak2 sehat seumurnya. Orang tidak akan pernah menyangka dia mempunyai penyakit kronik. Minum obat baginya cukup natural seperti bermain dengan mobil-mobilan.
Disamping itu, termotivasi dengan pengalamannya menangani Braddy, Julie berencana untuk kembali bersekolah untuk menjadi suster. Dia tidak akan pernah lupa peran dari suster2 di ICU RS. Hopkins dan koordinator transplantasi yang memainkan peran cukup besar untuk menolong keluarganya menyesuaikan diri pada situasi baru yang dihadapi. Transplatasi hati pada Braddy, menurut Julie, bukan hanya menyembuhkan fisik Braddy, tapi “ Membuat kita semua lebih kuat, “ ujarnya.

www.hopkinsmedicine.org/transplant/Programs/liver/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar