Dari Kompas, Jumat 11 Maret 2011
Bila Hati Harus Dicangkok
Jumat, 11 Maret 2011 | 11:42 WIB
Kompas.com - Pencangkokan hati menjadi pilihan terbaik bagi banyak pasien penderita komplikasi hati yang mengancam nyawa. Apalagi tim dokter di Indonesia kini sudah bisa melakukan prosedur transplantasi ini. Tetapi faktor utama yang membatasi transplantasi hati adalah terbatasnya jumlah donor.
Sekitar 20 juta penduduk Indonesia menderita hepatitis virus. Dari jumlah tersebut, 20 persennya akan berkembang menjadi hepatitis menahun dan dalam waktu 15-20 tahun menjadi sirosis (pengerutan hati) tergantung beralam lama virus itu mulai menyerang.
"Bila sirosis sudah cukup lama, ditambah dengan seringnya mengalami muntah darah, ini bisa menjadi indikasi perlunya cangkok hati. Sayangnya di sini agak susah mencari orang yang mau mendonorkan hatinya, bahkan anggota keluarganya pun banyak yang takut," papar dr.Irsan Hasan, Sp.PD-KGEH, dari RS.Cipto Mangukusumo Jakarta.
Prosedur pencangkokan hati dilakukan dengan mengambil sedikit bagian hati yang sehat dari pendonor, yang biasanya anggota keluarga. Potongan hati yang sehat ini kemudian diberikan pada pasien penerima untuk menggantikan bagian hati yang rusak oleh virus atau kanker.
Karena jaringan hati selalu beregenarasi, maka dalam beberapa minggu atau bulan hati akan berkembang kembali ke ukuran normalnya, baik pada pendonor maupun penerimanya.
"Masyarakat masih belum memahami prosedur transplantasi hati sehingga takut jika livernya yang cuma satu itu harus didonorkan," kata dr.Irsan yang menjadi anggota tim dokter transplantasi hati dari RSCM, Kamis (10/3).
Angka kelangsungan hidup mereka yang menerima cangkok hati semakin membaik. Menurut data Mayo Clinic, hampir 90 persen penerima cangkok hati mampu bertahan hidup sampai lebih dari 2 tahun. Sedangkan 75 persennya masih bertahan hidup sampai 5 tahun kemudian. Kematian calon penerima donor hati paling banyak adalah pada masa menunggu dibandingkan dengan masa setelah transplantasi.
Abdul Mukri (44) merupakan pasien hepatitis B dewasa pertama yang melakukan transplantasi hati di Indonesia. Ia menerima donor dari putri pertamanya Nissa Azzahra (18). Keduanya kini berada dalam kondisi sehat dan sudah melakukan kegiatannya seperti biasa dua bulan pasca operasi yang dilakukan pertengahan Desember 2010 di RSCM Jakarta.
Transplantasi atau cangkok hati pertama kali dilakukan tahun 1963 oleh tim dokter bedah pimpinan Dr Thomas Starzl dari Denver, Colorado, Amerika Serikat. Starzl melakukan sejumlah operasi lanjutan dalam beberapa tahun berikutnya sebelum keberhasilan operasinya yang pertama pada tahun 1967 meski hanya dalam waktu singkat, yaitu bertahan setahun pascatransplantasi.
Menurut dr.Irsan, orang dewasa membutuhkan bagian hati lebih besar daripada pasien anak-anak. "Karena itu usia minimal orang yang akan menjadi pendonor adalah 19 tahun karena volume hatinya sudah besar," katanya. Selain usia, syarat utama donor hati adalah kesamaan golongan darah dan tidak ditemukan adanya virus atau pun perlemakan pada livernya.
Perkembangan kemampuan transplantasi para dokter di Indonesia kini Kementrian Kesehatan tengah menyiapkan peraturan mengenai prosedur transplantasi untuk mencegah terjadinya penjualan organ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar